Hubungan Hardiness dengan Optimisme pada Mahasiswa Penerima Bidikmisi
2. Latar Belakang Penulisan
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena melalui pendidikan seseorang mendapatkan banyak ilmu yang dapat bermanfaat bagi individu tersebut dan juga dapat bermanfaat bagi suatu bangsa, semakin baik tingkat pendidikan seseorang semakin baik individu tersebut dalam menyikapi sesuatu hal. Pendidikan terdapat beberapa jenjang tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas. Pada jenjang sekolah menengah atas ini, siswa yang lulus dapat melanjutkan untuk mencari pekerjaan atau kejejenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu perkuliahan yang ada di perguruan tinggi negeri maupun swasta dengan berbagai bidang yang dipilih dan bertukar dari siswa menjadi mahasiswa.
Mahasiswa adalah seseorang yang sudah lulus dari sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) dan sedang menempuh pendidikan tinggi (Daldiyono, 2009). Mahasiswa bidikmisi mengikuti perkuliahan sama dengan mahasiswa lainnya, namun ada beberapa hal yang harus diraih selama pendidikan berlangsung. Meskipun masing-masing perguruan tinggi menentukan nilai minimal yang berbeda, rata-rata minimal mahasiswa bidikmisi diharuskan dapat mencapai nilai IPK 3.00. Hal ini dimaksudkan untuk memacu mahasiswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan diharuskan dapat fokus terhadap jenjang pendidikan dengan jurusan yang telah dipilih. Adapun mahasiswa bidikmisi yang mendapatkan IPK di bawah nilai minimal akan diberikan pembinaan atau evaluasi untuk menstabilkan nilai yang baik dan dapat lulus tepat waktu, namun apabila tidak ada perubahan dalam pembinaan dan syarat tertentu seperti menjadi mahasiswa tidak aktif atau cuti, maka penyaluran bidikmisi bisa saja terhenti atau tidak akan mendapatkan bantuan kembali (Anonim, 2017)
Keyakinan atau pemikiran bahwa seseorang akan mampu melewati kesulitan dengan baik sejalan dengan optimisme. Menurut Seligman (2006) bahwa optimisme memiliki ciri yang khas, salah satu diantaranya menghentikan pemikiran negatif. Optimisme atau keyakinan seseorang akan kemampuannya berpengaruh besar terhadap kemampuan itu (Bandura dalam Goleman, 2016).
Sejalan dengan pernyataan di atas bahwa mahasiswa bidikmisi, membutuhkan keyakinan berupa optimisme yang dapat mempengaruhi usaha dalam meraih prestasi, yaitu hardiness. Menurut Kobasa (dalam Kreitner & Kinicki , 2009) hardiness merupakan kumpulan karakteristik yang ditunjukkan sebagai sifat tahan banting melibatkan kemampuan secara perseptual mengubah stres negatif menjadi tantangan positif. Dengan memunculkan mental dan fisik yang baik, seseorang yang memiliki sifat hardiness tinggi memiliki proses peningkatan yang tinggi yang dapat menghasilkan kepercayaan akan kesuksesan (Compton dan Hoffman, 2013).
Berdasarkan uraian di atas bahwa peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan hardiness dengan optimisme pada mahasiswa bidikmisi.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik hubungan hardiness dengan optimisme pada mahasiswa bidikmisi.
4. Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa Universitas Gunadarma, penerima bantuan bidikmisi, tingkat 1. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling, isi dari kuisoner tersebut berupa identitas subjek, skala optimisme dan skala hardiness.
S SISTEM CBIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENULISAN ILMIAH
Dalam penelitian ini dapat dikaitkan dengan sistem pendidikan, hal ini dikarenakan mahasiswa akan selalu butuh dampingan dan evaluasi atas pendidikannya, maka dari itu sistem yang dibuat berupa tempat data mahasiswa, bagaimana tingkat kemampuan mahasiswa sampai saat ini, dan pengupayaan agar tetap baik dalam pendidikan.
KEMUNGKINAN DILAKUKAN PENELITIAN TERHADAP SISTEM BERDASARKAN PENULISAN ILMIAH
kemungkinan diadakan penelitian terhadapa sistem pada penulisan ini sedikit, karena dalam proses pendidikan lebih optimal dengan pengajaran langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar